A.
Pengertian Masalah Belajar
1.
Pengertian Belajar
Skinner (1958) memberikan definisi
belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari
definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan (reinforcement).
Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti
belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition
of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and
experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process
of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah
proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Menurut Hilgard dan Bower dalam
bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu
situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat dipahami secara umum bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang relatif menetap diberbagai
bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
2.
Pengertian Masalah Belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian
masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan
adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah
sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses
perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman
ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E,
Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 :
15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau
diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar
maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai
berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa
dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.
B.
Jenis-jenis Masalah Belajar
Dalam pengertian masalah belajar di
atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan dalam
belajar, yaitu sebagai berikut:
- Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
- Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.
- Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
- Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah semacam ini.
- Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu sendiri.
- Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
- Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
- Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang lain.
C.
Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar
1.
Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajar
Dalam menunjang berhasilnya suatu
proses belajar, terdapat beberapa hal pokok yang sangat berpengaruh terhadap
proses belajar itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
- Faktor intern belajar
Dalam belajar siswa mengalami
beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan
mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagi faktor intern
dalam diri siswa, yaitu:
- Sikap Terhadap Belajar
- Motivasi belajar
- Konsentrasi belajar
- Kemampuan mengolah bahan ajar
- Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar
- Menggali hasil belajar yang tersimpan
- Kemampuan berprestasi
- Rasa percaya diri siswa
- Intelegensi dan keberhasilan belajar
- Kebiasaan belajar
- Cita-cita siswa
2. Faktor ekstern belajar
Proses belajar didorong oleh
motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau
menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain
aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan
baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah
merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan
beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
- Guru sebagai pembina siswa dalam belajar
- Sarana dan prasarana pembelajarn
- Kebijakan penilaian
- Lingkungan sosial siswa di sekolah
- Kurikulum sekolah
2.
Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang
siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi
belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan perilaku (misbehaviour) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di
dalam kelas, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah belajar terdiri dari dua macam, yakni:
- Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri.
- Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa itu sendiri.
Kedua faktor ini meliputi ragam
keadaan sebagai berikut:
- Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi
gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yaitu:
1) Yang bersifat
kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi
siswa;
2) Yang bersifat afektif
(ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3) Yang berdifat
psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra
penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor
lingkungan ini meliputi:
1) Lingkungan keluarga,
contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara kedua orang tua, dan rendahnya
kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan
sekitar/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan
teman sepermainan (pear group) yang nakal.
3) Lingkungan sekolah,
contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru dan alat-alat pendukung sarana belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat
umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan
belajar siswa. Diantaranya faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor
khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang
menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
1) Disleksia (dyslexia),
yakni ketidakmampuan belajar membaca,
2) Disgrafia (dysgraphia),
yakni ketidakmampuan belajar menulis,
3) Diskalkulia (dyscalculia),
yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami
sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal
bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh
karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan
ringan pada otak (Lask, 1985, Reber, 1988).
D. Prosedur
dan Langkah-langkah Penanganganan Masalah Belajar
1.
Identifikasi Kasus
Pada hari Sabtu, 28 Mei 2011
berlokasi di SMP Negeri 2 Labuapi Penulis melakukan observasi mengenai
kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam belajar.
Dengan tujuan untuk mengetahui
kendala atau masalah dalam belajar, Penulis melakukan pengamatan di salah satu
kelas VIII.
Untuk mempermudah proses pengambilan
sampel siswa yang kemungkinan memiliki masalah dalam belajar, Penulis
berpedoman pada nilai raport semester 1 (ganjil) pada kelas tersebut.
Pada Leger Raport Semester 1
ditunjukkan bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris adalah salah satu mata
pelajaran dengan rata-rata kelas terendah. Oleh karena itu, Penulis mengambil 2
sampel (dalam hal ini siswa) yang mendapatkan nilai terendah dalam mata
pelajaran tersebut atau siswa dengan nilai di bawah rata-rata kelas pada mata
pelajaran yang bersangkutan.
2.
Identifikasi Masalah
Setelah menentukan sampel, Penulis
mewancarai kedua sampel siswa ini untuk mendapatkan poin yang menjadi kendala
utama dalam belajar. Dari wawancara tersebut, secara umum sampel A dan B
memiliki kesamaan kendala, yaitu:
- Kesulitan belajar yang utama pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
- Kendala utama dalam belajar Bahasa Inggris yaitu kurangnya menguasai kosakata (vocabulary) yang merupakan dasar (basic) dalam Bahasa Inggris.
- Kurangnya waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, kebiasaan belajar hanya dilakukan jika ada Pekerjaan Rumah (PR) dari Guru.
3.
Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dari poin-poin yang didapatkan
melalui wawancara, dapat disimpulkan bahwa masalah utama siswa adalah kurangnya
motivasi belajar yang kemudian tergambar melalui kebiasaan siswa itu
sendiri, seperti tidak menghapal kosakata, kurangnya pemanfaatan waktu luang,
belajar jika ada tugas, atau ulangan, dan lain sebagainya. Mereka mengikuti
proses belajar mengajar seperti biasa, tetapi hasil dari proses belajar
tersebut terlihat tidak cukup optimal, yang kemudian tergambar melalui nilai
akhir yang berada di bawah angka rata-rata kelas.
4.
Identifikasi Alternantif Penanganan
Alternatif penanganan masalah
belajar yang dalam hal ini kurangnya motivasi belajar melibatkan
beberapa pihak, yakni:
1)
Pemerintah, dalam hal ini peran Pemerintah adalah meciptakan motivasi belajar
siswa. Hal ini berhubungan dengan posisi Pemerintah sebagai pemangku kebijakan,
peran atau tanggung jawab Pemerintah yakni menciptakan kebijakan yang
berhubungan dengan upaya peningkatan motivasi belajar siswa. Pemerintah harus
membuat kebijakan yang memuat regulasi yang pas dan kompeherensif. Misalnya
penetapan buku wajib yang benar-benar harus dipedomani oleh lembaga-lembaga
pendidikan (sekolah), buku yang benar-benar beresensi jelas (buku yang menarik,
yang berisi pengetahuan sekaligus mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar), bukan hanya buku yang monoton, yang itu-itu saja yang menyebabkan siswa
menjadi jenuh dan enggan membacanya. Selain buku yang menarik, yang mampu
memotivasi siswa, buku-buku yang berisi data faktual juga dibutuhkan yang
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain itu, Pemerintah yang memiliki
wewenang untuk membuat kurikulum juga harus memuat dasar motivasi di dalamnya
sebelum sekolah diberi kebijakan untuk membuat kurikulumnya sendiri, yang
tentunya mengacu kepada pedoman kurikulum yang dibuat Pemerintah.
2)
Guru, dalam hal ini Guru memeliki kapasitas dan peranan yang besar dalam
memotivasi siswa. Karena salah satu tugas Guru yakni sebagai agen pembelajaran,
bagaimana seorang guru bisa menciptakan transfer pelajaran sekaligus motivasi
kepada siswa-siswanya. Peran guru dalam memotivasi siswa dapat dilakukan
melalui cara-cara sebagai berikut:
- Guru melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, motivasi yang diberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang diberikan sebelum memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru bersama guru mata pelajaran secara aktif berdiskusi dalam rangka menciptakan motivasi sehingga siswa-siswanya tidak mengalami kekurangan motivasi. Guru Bimbingan Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok.
- Perubahan strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real siswa. Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
- Penggunaaan media belajar yang inovatif, yang mampu menarik perhatian dan meotivasi siswa. Penggunaan perangkat tambahan seperti LCD Projector atau OHP selain merupakan sarana untuk mempermudah penyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan perhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang mampu belajar cepat secara audio visual dan nonaudio visual.
3)
Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting dalam
memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan anak setelah
sekolah yaitu di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang berebeda-beda dalam
hal memotivasi anak-anaknya. Ada orang tua yang menunjang anaknya dengan sarana
pelengkap belajar seperti pengadaan komputer, buku referensi, maupun peralatan
tambahan yang mampu digunakan untuk mengakses internet. Adapula orang tua yang
memberikan motivasi atau dorongan kepada anak-anaknya melaui wejangan-wejangan,
penggunaann model, dan lain sebagainya.
4)
Masyarakat, dalam hal ini peranannya dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif, aman, nyaman dan tenteram. Seminimal mungkin tidak menciptakan
suasana buruk yang bisa mempengaruhi bahkan merubah mental anak dalam hal ini
siswa. Melakukan aksi-aksi yang dapat merubah tatanan paradigma dalam kehidupan
bermasayarakat, sehingga dapat mengubah cara pandangan anak terhadap cara
berperilaku. Lingkungan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting,
bagaimana lingkungan memciptakan suasana bahwa siswa tidak hanya merasakan
suasana belajar di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga merasakannya di dalam
lingkungan sekitar. Contohnya, Jogjakarta dan Malang merupakan kota dengan
tujuan Pelajar dan Mahasiswa terbanyak. Kita bisa melihat bagaimana
masyarakatnya menjaga kondusifitas suasana lingkungannya dan menjaga seminimal
mungkin agar pelajarnya merasa bahwa lingkungan saya mendukung untuk belajar
dan saya harus belajar, karena tidak ada masyarakat yang akan memberikan
pengaruh buruk terhadap mereka.
Motivation is an essential condition
of learning. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
- Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
- Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
- Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di dalam kegiatan belajar mengajar
peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan
motivasi, pelajar (siswa) dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu
diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah
bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan
kadang-kadang juga bisa tidak kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab
mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan
perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
1.
Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol
dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah
nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para
siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini
menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan
siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus
diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan
hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan
angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif
saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2.
Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai
motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat
untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak
memiliki bakat menggambar.
3.
Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat
digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan dalam dunia
industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan
kegiatan belajar siswa.
4.
Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup tinggi. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si
subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga
dirinya.
5.
Memberi ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau
mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga
merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan
terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat
rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya kalau ada ulangan harus
diberitahukan kepada siswanya.
6.
Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan,
apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk giat belajar.
Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7.
Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang
berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempeartinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8.
Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang
negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat
motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
9.
Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti
ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila
dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga
sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi sangat erat
hubungannyadengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu
juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai
minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
- Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
- Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
- Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
- Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan
diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.
Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk belajar.
Di samping bentuk-bentuk motivasi
sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara
yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam
motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat menghasilkan hasil
belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk
,otivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari
tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna,
sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan
atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga dapat menghambat kelancaran
proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan dengan keadaan dirinya
yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan dampak buruk bagi
dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa dengan
kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi juga dapat dialami oleh
siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.
Masalah-masalah yang dihadapi siswa
dalam belajar misalnya:
- Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
- Siswa yang mengalami keterlambatan akademik.
- Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri.
- Siswa yang sangat lambat dalam belajar.
- Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar.
- Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
- Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
- Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial
Faktor-faktor penyebab masalah
belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (intern) maupun
dari luar diri siswa (ekstern).
Permasalahan utama yang dihadapi
oleh sampel A dan B pada salah satu SMP (Sekolah Menengah Pertama) yakni
masalah kurangnya motivasi belajar. Adapun solusi penyelesainnya yaitu dengan
melibatkan pihak Pemerintah, Guru, Orang tua, dan lingkungan masyarakat yang
memiliki peranan masing-masing.
B. Saran
- Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, sangat diharapkan akan adanya perbaikan.
- Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran yang optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu sendiri.
- Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator sehingga sukses dalam proses pembelajaran.
KEPUSTAKAAN
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran
Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi
Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: RAJAWALI PERS.
Halaman Website:
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/pengertian-belajar.html, diakses pada tanggal 3 Juni 2011.
http://umanradieta.blogspot.com/p/masalah-masalah-dalam-belajar.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2011
http://sekolah-dasar.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-masalah-belajar-dan-faktor.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2011
http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar-dan-pembelajaran/masalah-masalah-belajar/mrdetail/15802/, diakses pada tanggal 19 Juni 2011
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/, diakses pada tanggal 19 Juni 2011