BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Studi
tentang kurikulum semakin lama semakin berkembang. Hal ini terbukti makin
luasnya para peminat dalam bidang tersebut dan makin banyaknya penelitian dan
penulisan karya ilmiah untuk menjajaki dan mengungkapkan berbagai sistem
intruksional. Salah satu alasan yang mendorong banyaknya pakar pendidikan,
karena kurikulum merupakan alat yang amat penting untk meningkatkan
keberhasilan sistem pendidikan secar menyeluruh. Semua ahli kependidikan
menyadari, bahwa tanpa alat yang serasi dan tepat guna ternyata sulit untk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan pada
semua jenjang dan satuan serta jenis pendidikan.
Selanjutnya,
pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem
pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial
dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non formal,
sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum
tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem
pendidikan itu sendiri.
Sejalan
dengan tuntutan zaman, perkembangan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dunia pendidikan sudah menginjakan kakinya ke dalam dunia
inovasi. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya, jika program
pendidikan tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
tuntutan zaman.
2. Rumusan Masalah
Setelah
memperhatikan latar belakang masalah dari makalah ini, maka permasalahan
makalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa asumsi dari kerangka pengembangan
kurikulum ?
2. Apa tujuan dari pengembangan kurikulum ?
3. Bagaimana implementasi pengembangan
kurikulum ?
4. Bagaimana mengevaluasi pengembangan
kurikulum ?
BAB II
KERANGKA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum adalah
proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan
spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang
mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit dan garis pelajaran
kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Berikut adalah beberapa
karakteristik dalam pengembangan kurikulum :
1.
rencana
kurikulum harus dikembangan dengan tujuan yang jelas. Salah satu maksud utama
rencana kurikulum adalah mengidentifikasikan cara untuk tercapainya tujuan.
2.
suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari
kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
3.
rencana
kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya prosesbelajar yang baik,
karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
4.
rencana
kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar seperti tujuan,
konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan dan fasilitas yang
menunjang.
5.
rencana
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang
tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep
diri sebagai pelajar.
6.
pengunaan
pendekatan lain pada semua program sekolah juga diperlukan, untuk menjaga
keseimbangan dan memenuhi tujuan pendidikan yang luas serta diversitas
kebutuhan dikalangan.
7.
rencana
kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya
perencanaan guru siswa. Perencanaan guru siswa memberi kesempatan bagi siswa
untuk mempelajari keterampilan perencanaan.
8.
rencana
kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide
spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar
yang khusus.
9.
rencana
kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Beauchamp mengemukakan prinsip
dalam pengembangan kurikulum. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan
perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya. Setiap teori kurikulum
harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi
titik tolaknya. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain
kurikulumnya. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses
penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut. Setiap teori
kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses
penyempurnaan.
Asumsi yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum
yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya
yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang dan
inovasi jangka pendek dapat dihindarkan.
Dalam konteks ini, kurikulum
didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan
atau dengan kata lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari dan
hasil pembelajaran.
Dengan demikian, kurikulum terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar
dan struktur (skuens
berbagai kegiatan belajar).
Konsekuensi lebih jauh dari
keharusan penggunaan dasar teoritas untuk pengembangan kurikulum adalah pada
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses mengajar, yaitu menyiapkan lungkungan
mengajar agar siswa dapat berinteraksi dengan orang lain, benda, tempat dan ide
melalui penyampaian kurikulum. Berkaitan dengan hal tersebut itu, pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses perencanaan yang kompleks, mulai dari
penilaian kebutuhan, identifikasi hasil-hasil belajar yang diharapkan, serta
persiapan pembelejaran untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan budaya,
sosial dan personal.
Sesuai dengan definisi
tersebut, kriteria evaluasi kurikulum disiapkan jika hasil-hasil belajar yang
diharapkan sudah teridentifikasi. Pengembangan kurikulum melibatkan banyak
keputusan pada beberapa level yang berbeda, seperti anak-anak usia prasekolah,
SD, sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Pengembangan kurikulum dapat
difokuskan pada unit yang sangat terbatas, misalnya pada satu guru dan satu
siswa, sampai pada scope yang luas dengan melibatkan kelompok besar, misalnya
kelompok guru di suatu daerah atau negara.
Dilihat dari aspek ruang
lingkup pengembangan kurikulum, tersirat adanya sejumlah pilihan untuk
melakukan pengembangan kurikulum. Akibat terjadinya pertentangan antarkonsepsi
kurikulum, hal ini dapat memunculkan kontroversi di sekolah atau dalam
masyarakat. Oleh karena itu, administrator sekolah hendaknya memahami secara
mendalam perbedaan orientasi berbagai konsep kurikulum tersebut.
Dalam pengembangan kurikulum,
kepemimpinan yang efektif bergantung pada kemampuan menjelaskan dan menerapkan
pendekatan dalam tercapainya tujuan kurikulum, serta melibatkan orang lain
dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Pengembangan kurikulum pada
hakikatnya merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang membentuk
sistem kurikulum itu sendiri, yaitu komponen kurikulum : tujuan, bahan metode,
peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar dan lain-lain.
Komponen-komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan
dapat dicapai sebagaimana mestinya.
1. Tujuan Pengembangan Kurikulum
Istilah
yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan
objective.
Tujuan sebagai goals dinyatakan
dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapaianya relatif
dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objective lebih bersifat
khusus, oprasional dan pencapaianya dalam jangka pendek.
Aspek
tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun objective, memainkan
peran yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk
menentukan arah seluruh uapaya kependidikan sekolah atau unit organisasi
lainnya., sekaligus menstimulasikan kualitas yang diharapkan. Berbagai kegiatan
lain dalam pengembangan kurikulum, seperti penentuan ruang lingkup, sekuensi
dan kriteria seleksi konten, tidak akan efektif jika tidak berdasarkan tujuan
yang signifikan. Tujuan pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang
dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.
Mengingat
pentingnya tujuan ini, tidak heran jika perumusan tujuan menjadi langkah
pertama dalam pengembangan kurikulum. Filosofi yang dianut pendidikan atau
sekolah biasanya menjadi dasar pengembangan tujuan. Oleh karena itu, tujuan
hendaknya merefleksikan kebijakan, kondisi masa kini dan masa datang,
prioritas, sumber-sumber yang sudah tersedia, serta kesadaran terhadap
unsur-unsur pokok dalam pengembangan kurikulum.
Secara
lebih jauh, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan
spesifik, kegiatan belajar, implementasi kurikulum dan evaluasi untuk
mendapatkan balikan. Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan Kurikulum
Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum, yaitu keterampilan dasar,
konseptualisasi diri, pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan
yang telah terkumpul untuk menginterpretasi dunia, belajar berkelanjutan,
kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi, produksi dan
konsumsi, warga masyarakat yang bertanggung jawab, kreativitas dan kesiapan
menghadapi perubahan (coping with change).
Setiap
tujuan yang masih bersifat umum di atas harus diuraikan lagi menjadi beberapa
subtujuan yang lebih oprasional. Misalnya, tujuan pengembangan keterampilan
dasar diuraikan menjadi :
a. Mendapatkan informasi dan pengertian melalui
kegiatan mengamati, mendengar dan membaca.
b. Mengolah informasi dan pengertian yang
diperoleh melalui keterampilan berfikir reflektif.
c. Berbagai informasi dan mengekspresikan
pengertian melalui kegiatan percakapan, menulis dan alat-alat nonverbal.
d. Memanipulasi lambang dan menggunakan
pikiran matematis.
Hal yang penting dicermati dalam pengembangan
kurikulum ini adalah adanya hubungan, kaitan dan saling mendukung antara tujuan
yang satu dengan yang lainnya.
2. Penilaian Kebutuhan
Pengembangan
kurikulum diawali dengan identifikasi kebutuhan, yaitu mengidentifikasi
jenis-jenis tenaga trampil atau profesional yang dibutuhkan dalam suatu bidang
pekerjaan. Dalam tahap ini, identifikasi ditujukan untuk menghimpun data
tentang jenis-jenis pekerjaan, tugas atau peranannya, jumlah serta tingkat
kualifikasi keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan.
Kebutuhan
merupakan suatu hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefinisikan sebagai
perbedaan antara keadaan aktual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Dengan
kata lain, suatu perbedaan antara keadaan riil dan ideal kondisi, kualitas dan
sikap.
Penilaian
kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun informal, untuk
mengidentifikasikan kesenjangan antara situasi “disini dan sekarang” dan tujuan
yang diharapkan. Penilaian kebutuhan dapat mendahului maupun mengikuti
penentuan tujuan. Kebutuhan juga dapat dimanfaatkan oleh pengembangan kurikulum
untuk melakukan revisi dan modifikasi kurikulum.
Pada dasarnya
pengembangan kurikulum mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya
dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat
mengahadapi masa depannya yang lebih baik.
3. Konten Kurikulum
Pada
umumnya, konten kurikulum dipandang sebagai informasi yang terkandung dalam
bahan-bahan yang dicetak, rekaman audio dan visual, komputer dan alat-alat
elektronik lainnya, atau yang ditranmisikan secara lisan. Konten kurikulum
seperti ini sebenarnya sangat potensial bagi siswa. Informasi menjadi konten
bagi siswa jika dapat memberi pengertian terhadap aktivitas yang berguna.
Karena itu seleksi konten untuk kurikulum dan pembelajaran hanya merupakan
salah satu bagian dari tugas-tugas pengembangan kurikulum yang berhubungan
dengan konten-konten tersebut.
Berkaitan
dengan konten kurikulum ini, Unruh hanya membahas enam bidang konten kurikulum
akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu bahasa (membaca, menulis,
bercakap-cakap dan mendengar), matematika, sains (IPA), studi sosial (IPS),
bahasa asing dan seni. Asumsi pokok yang mendasari kajian bidang-bidang konten
kurikulum adalah keinginan.
Meskipun
demikian, kurikulum juga hendaknya menyediakan ruang bagi pelajaran lain selain
keenam bidang konten tersebut, antara lain bagi pendidikan kesehatan dan
jasmani serta berbagai pelajaran keterampilan yang dibutuhkan oleh banyak
siswa. Karena pengembangan kurikulum diorientasikan pada pencapaian hasil dan
dampaknya yang drumuskan dalam bentuk kompetensi.
4. Sumber Materi Kurikulum
Menurut
Herrick ada tiga macam sumber kurikulum, yaitu pengetahuan, masyarakat serta
individu yang dididik.
Pengetahuan merupakan bahan yang akan disampaikan kepada anak. Pengetahuan ini
berasal dari berbagai bidang studi. Salah satu sifat utama dari pada
pengetahuan adalah selalu berkembang. Yang kedua adalah masyarakat. Sekolah
merupakan agen masyarakat dalam meneruskan warisan-warisan budaya serta
memecahkan masalah-masalah masyarakat. Persoalan yang dihadapi dalam menyusun
kurikulum adalah dalam menentukan nilai-nilai mana yang perlu dipilih dan
dikembangkan bagi masyarakat yang akan datang.
Selanjutnya
adalah individu yang dididik. Kurikulum disusun dengan maksud membantu
perkembangan anak seoptimal mungkin. Tiap individu anak mempunyai kemampuan,
sifat-sifat serta kebutuhan yang berbeda. Karena itu kurikulum harus disusun
agar sesuai atau dapat melayani kemampuan, sifat dan kebutuhan tersebut.
Materi
kurikulum yang diperlukan oleh para pengembang kurikulum dapat diperoleh di
buku-buku teks dan petunjuk bagi guru. Materi tersebut juga dapat diperoleh
dibeberapa tempat seperti perpustakaan kurikulum di beberapa universitas,
khususnya pada bagian pendidikan. Selain itu, pusat-pusat sistem sekolah umum,
pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan
agen-agen pelayanan pendidikan regional lainnya, juga merupakan tempat untuk
memperoleh materi kurikulum.
Deskripsi
dan analisis suatu pandangan komprehensif tentang lapangan kurikulum tidak
mungkin tersaji hanya dalam satu literatur. Oleh karena itu, diperlukan
sumber-sumber yang mendukung dalam memperoleh informasi dan ide-ide lebih jauh
tentang lapangan kurikulum yang dikaji. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi
karya-karya yang diterbitkan oleh asosiasi profesional, penerbitan berkala dan
buku-buku teks yang relevan.
5. Implementasi Kurikulum
Sebuah
kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak
diimplementasikan dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas.
Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap
pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya
masyarakat dan lain-lain.
Dalam
mengimplementasikan kurikulum, sedapat mungkin semua faktor penunjang atau
disebut juga sumber daya pendidikan, tersedia seperti yang dituntut dalam
kerangka kurikulum.
Berbagai implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi
kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau prilaku, pengetahuan dan
interalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek
perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini
mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi
mengajar dan kegiatan belajar serta evaluasi dan feedback.
Dalam studi
kurikulum, implementasi dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
pengembangan kurikulum. Kurikulum dan silabus yang telah tersusun sedemikian
rupa, tidak ada artinya sama sekali bilamana belum teraktualisasi menjadi
kurikulum aktual. Ia merupakan benda mati atau sesuatu yang tidak ada harga/nilainya.
Melalui fungsi dan peranan guru/staf pengajarlah kurikulum itu dapat
dijabarkan, dikembangkan, diperluas, sehingga dapat di transformasikan kepada
peserta didik dengan sebaik-baiknya. Dari sisi inilah terlihat bahwa fungsi dan
peranan guru/staf pengajar sangat penting, karena melalui jamahan tangan
merekalah kurikulum itu baru punya makna dan arti. Artinya, melalui guru/staf
pengajar nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dapat disampaikan kepada
peserta didik, dan aktualisasi serta transformasi nilai-nilai sikap,
pengetahuan yang terkandung di dalam kurikulum tersebut dilakukan oleh
guru/staf pengajar melalui implementasi kurikulum di dalam proses belajar
mengajar.
Oleh karena
menusia memiliki visi terhadap masa yang akan datang, maka manusia selalu
menghadapi tantangan yang semakin berat. Dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran, pandangan dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah
menjadi kepentingan pokok.
Pesatnya
perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi serta berbagai peristiwa
dunia, memaksa setiap warga masyarakat berpikir dan merespon setiap perubahan
yang dihadapi. Oleh karenanya, harus dipikirkan solusi alternatif dalam
menghadapi situasi masa yang akan datang tersebut. Prediksi keadaan penduduk,
persediaan makanan, polusi, sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui,
ancaman nuklir, serta gejolak politik dan ekonomi, harus direspon sejak
sekarang, tidak kecuali respon dari pengembangan pendidikan. Dengan kata lain,
setiap rencana pengembangan kurikulum harus memasukan pertimbangan kehidupan di
masa depan serta implikasinya pada perencanaan kurikulum.
Esensinya
implementasi adalah suatu proses, suatu aktifitas yang digunakan untuk
mentransfer ide/gagasan, program, atau harapan-harapan yang dituangkan dalam
bentuk kurikulum.
6. Evaluasi Kurikulum
Menurut
Tyler bahwa evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan
yang terjadi pada hasil belajar (behavior).
Pengertian yang di kemukakan Tyler merupakan pengertian awal dari evaluasi
kurikulum. Selama implementasi kurikulum, pada prinsipnya dilakukan evaluasi. Evaluasi
adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan untuk menemukan
hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini kurikulum. Kegiatan
evaluasi ditujukan untuk mengetahui kelemahan, kekurangan dan hambatan yang
dihadapi.
Evaluasi
kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi kurikulum,
prosedur implementasi, metode intruksional serta pengaruhnya pada belajar dan
perilaku siswa.
Dengan kata lain, evaluasi ini lingkupnya luas, mengevaluasi proses pelaksanaan
kurikulum, proses dan hasil belajar, mengevaluasi faktor-faktor pendukung
seperti guru, saran dan fasilitas pembelajaran, media dan sumber belajar.
Pertimbangan
penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah evaluasi formatif (untuk
perbaikan program), dan evaluasi sumatif, untuk memutuskan melanjutkan
program yang dievaluasi atau menghentikannya dengan program lain. Model-model
evaluasi kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan adalah model pencapaian
tujuan, model pertimbangan, model pengambilan keputusan dan model deskriptif.
Evaluasi
kurikulum adalah suatu kebijakan publik. Di banyak negara keberadaan evaluasi
didasari oleh ketentuan bahwa pengembangan kurikulum harus terbuka untuk
dievaluasi. Ketentuan tentang keharusan untuk evaluasi tersebut didukung oleh
suatu ketetapan perundang-undangan.
Dengan adanya undang-undang no. 20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal, Indonesia telah memiliki landasan hukum yang mewajibkan adanya
evaluasi terhadap konstruksi kurikulum dan pelaksanaan kurikulum di setiap
satuan pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum merupakan pedoman
mendasar dalam proses belajar dan mengajar di dunia pendidikan. Berhasil
tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang anak didik dan pendidikdalam
menyerap dan memberikan pengajaran, dan sukses tidaknya suatu tujuan pendidikan
itu dicapai tentu akan sangat berpeluang kepada kurikulum. Bila kurikulumnya
didesain dengan sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala
kebutuhan pengembangan dan pembelajaran anak didik untuk mempersiapkan diri
mengahadapi kehidupannya, tentu hasil atau output pendidikan itu pun akan mampu
mewujudkan harapan. Tetapi bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus
membayangi dunia pendidikan.
Dari pemahaman di atas, Pada
dasarnya pengembangan kurikulum mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan
pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya
positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar
peserta didik dapat mengahadapi masa depannya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir.
2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
_____________.
2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hasan, S.
Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Idi,
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta :
Ar Ruzz Media.
Mulyasa,
Enco. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
_____________.
2006. Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar Kompetesi dan
Kompetensi Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muslich,
Masnur. 2007. KTSP : Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta
: Bumi Aksara.
Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru
Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Ciputat Pers.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2004. Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kesuma Karya.
Susilo, M.
Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 184.
Idi, Abdullah, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2007. hlm. 186.
Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung
: Yayasan Kesuma Karya, 2004. hlm. 71.
Dakir, Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Rineka Cipta, 2004. hlm. 84
Muhammad Joko Susilo,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan
Sekolah Menyongsongnya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. hlm. 104.
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2006. hlm. 99.
S. Hamid Hasan, Evaluasi
Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 35.
S. Hamid Hasan, Op.cit. hlm. 3.