Total Tayangan Halaman

Minggu, 24 Maret 2013

BARISAN DAN DERET GEOMETRI



1.      BARISAN GEOMETRI
1.1  BARISAN GEOMETRI
Amati ketiga barisan berikut ini.
a.       5, 15, 45, 135
b.      160, 80, 40, 20
c.       2, 8, 24, 120
Pada barisan (a) tampak bahwa  =  =  =3
            Jadi, pada barisan (a) perbandingan dua suku yang berurutan itu sama, yaitu 3, begitu pula barisan (b) yang memiliki perbandingan ½, untuk pembuktiannya sama seperti pada barisan (a) yaitu : 80/160=40/80=20/40=1/2.
Barisan (a) dan (b) di namakan barisan geometri karena memiliki perbandingan dua suku yang berurutan pada barisan, istilah pada barisan geometri disebut pembanding atau  rasio dilambangkan P/r.
Pada barisan (c) bukan termasuk barisan geometri, karena apa? Karena perbandingan dua suku yang berurutan pada barisan (c) tidak sama, mau di buktikan?, ini pembuktiannya : 8/2=24/8=120/24
4    =3     = 5
Setelah kita buktikan ternyata benar (c)bukan barisan geometri karena tidak memiliki perbandingan yang sama.
Seacara umum, barisan geometri dididefinisikan sebagai berikut. Suatu barisan U1, U2, U3, …,Un, Un+1, dinamakan barisan geometri apabila untuk setiap n bilangan asli berlaku
Un+1/Un=Un/Un-1=Un-1/Un-2=...=U2/U1=P/r
Ketika kita mengerjakan contoh barisan (a), (b), & (c) tadi, kita menggunakan rumus yang ini.
            Jika suku pertamabarisan geometri adalah a dengan pembandingnya p/r, maka barisan geometri dinyatakan dengan U1, U2, U3,…Un atau
                                                             a, ar, ar2, …,arn-1
Sehingga rumus suku  ke-n barisan geometri adalah sebagai berikut:Un=r Un-1
Jika memulai barisan geometri dengan suku pertama (a) & rasio (c) maka mendapatkan barisan seperti berikut :
Mulai dengan suku pertama  a            kalikan dengan r           tuliskan hasilnya
           
            a        ar       ar2     ar3 …arn-1

            U1    U2    U3      U4      Un
Untuk mencari Un juga bisa dengan arn-1
            Un=arn-1

Exsample:1. Selidiki apakah barisan-barisan berikut ini merupakan barisan geometri ataukah bukan ?
a.       1, 4, 16, 64, 256
b.      1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17
Jawab:Caranya seperti yang tadi yaitu U2/U1
               4/1=16/4=64/16=256/64
                 4  =   4  =  4     =   4
Ternyata barusan ini memiliki pembanding/rasio yang sama, sehinnga barisan termasuk nbarisan geometri
Pembuktian barisan (b)
               3/1=5/3=7/5=9/7=11/9=13/11=15/13=17/15
                 3  =5/3=7/5=9/7=11/9=13/11=15/13=17/15
Setelah mengurutkan ternyata rasionya tidak sama sehingga barisan ini bukanbarisan geometri.
2. Tentukan pembanding (rasio) dan suku ke-8 dari barisan 2, 6, 18, 54,
     …,39,366
    Jawab : Rumusnya : Un=arn-1  atau Un= rUn-1
                 Dikt: a=2
                          r= 6/2=18/6=3
                 Un=arn-1
                 U8=2x38-1       
                 U8=2x37
                      =2x2187
                     = 4374
Jadi r = 3&suku ke-8=4374

1.2  SUKU TENGAH PADA BARISAN GEOMETRI
         Suku tengah dari suatu barisan geometri yang memiliki banyak suku ganjil, dapat ditentukan  melalui  deskripsi berikut ini.
a)      U1, U2, U3 ; banyak suku = 3 dan suku tengahnya adalah U2
Suku tengah U2=ar = a2r2 =  a.ar2 =  u1.u3
Jadi, suku tengahnya adalah U2=  u1.u3

b)      U1, U2, U3,U4, U5 ;banyak suku =5 dan suku tengahnya adalah U3
Suku tengah U3=ar2=  a2.r4 =  a.ar4 =  u1.u7
Jadi, suku tengahnya adalah U3=  u1.u5

c)      U1, U2, U3, U4, U5, U6, U7; banyak suku =7 dan suku tengahnya adalah U4
Suku tengah U4= ar3=
Jadi, suku tengahnya adalah U4=

d)     U1,…,Uk,…,U2k-1 ; banyak suku = (2k-1) dan suku tengahnya adalah Uk.
Suku tengah Uk=ark-1=
Jadi, suku tengahnya adalah Uk=

Rumus :Suku tengah pada barisan geometri
              Suatu barisan geometri dengan banyak suku adalh ganjil (ak-1) , dengan k  bilangan asli lebih dari dua. Suku tenagh barisan geometri itu adalah suku ke-k atau uk dan rumus suku  tengah uk ditentukan oleh hubungan:
                          Uk=  
Example : Ditentukan barisan geometri 1/8, ¼, ½,…,128. Banyak suku  pada barisan geometri ini adalah ganjil.
a)      Carilah suku tengahnya
b)      Suku keberapakah suku tengahnya itu?
c)      Berapakah banyaknya suku barisan itu?

Jawab :
a)      Barisan geometri 1/8, ¼, ½,…,128. Suku pertama a= U1=1/8, rasio r= 2, dan suku terakhir U2k-1=128
Denagn menggunakan rumus suku  tengah Uk= di peroleh : Uk=
               Uk=
               Uk=4
Jadi suku tengahnya sama dengan 4
b)      Berdasarkan hasil a), diperoleh   :
                 Uk=ark-1=4
                    1/8(2)k-1=4
                         2k-1=32
                         2k-1= 25
                           k-1=5
                             k=6
Jadi suku tengahnya adalah suku yang ke-6
c)      Bnayaknya suku barisan itu sama denagn (2k-1)=2(6-1)=11

1.3     SISIPAN PADA BARISAN GEOMETRI
Di antara dua bilanagn real x dan y (x dapat disisipkan sebanyak k buah bilangan  dengan k bilangan asli, sehingga bilangan-bilangan  semula denagn bialngan –bilangan yang disisipkan membentuk barisan geometri. Misalkan rasio barisan geometri yang terbentuk itu adalahr, maka bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan itu dapat disusun sebagai berikut.
                                      Bilangan-bilangan semula   
        
                                 x,       xr,     xr2,      xr3,…,   xrk,   y  membentuk barisan geometri

                            bilangan-bilangan yang disisipkan, sebanyak k buah
     Karena barisan di atas adalah barisan geometri, maka perbandingan dua suku yang berurutan sama dengan rasio   r. Dengan menentukan perbandingan dua suku terakhir pada barisan geometri itu, diperoleh hubungan :
y/xrk=r
y/x=r.rk
rk+1=y/x
r     =k+1 y/x

         Berdasarkan deskripsi di atas, sisipan pada barisan geometri dapat ditentukan melalui hubungan sebagai berikut.
Rumus :Sisipan pada Barisan Geometri
               Di antara dua bilangan x dan y disisipkan sebanyak k buah bilangan sehingga bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan membentuk barisan geometri. Nilai rasio barisan geometri yang terbentuk dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan
                                               r=k+1 y/x
x dan y bilangan real (x  dan k bilangan asli

Catatan:
1.      Untuk k genap, nilai r yang di peroleh hanya ada 1 kemungkinan, yaitu:
     r=k+1  y/x
2.      Untuk k ganjil, nilai r yang di peroleh ada 2 kemungkinan, yaitu:
     r= k+1  y/x  atau  r= -k+1  y/x
Example:Tentukan nilai rasio dari barisan geometri yang terbentuk pada soal-soal berikut ini
a)      Di antara bilangan-bilangan ¼ dan 8 disisipkan sebanyak 4 buah bilanagn.
b)      Di antara bilangan-bilangan 2 dan 162 disisipkan sebanyak 3 buah bilangan
Jawab:
a)   X=1/4, y=8, dan k=4 (genap) maka nilai r hanya ada 1 kemungkinan:
            r=k+1 y/x
            r=5 8/1/4
            r=5       =2
Jadi, niali arsio dari barisan geometri yang terbentuk adalah r=2 dan barisan geometri itu adalah ¼, ½, 1, 2, 4, 8
b)   X= 2, y= 162, dan k=3 (ganjil) maka nilai r ada 2 kemungkinan :
            r= + k+1 y/x atau  r= - k+1 y/x
            r=+ 4 162/2   atau   r= - 4 y/x
            r= +3 atau r=-3
Jadi niali rasio dari abrisan geometri yang terbentuk adalah r=3 atau r=-3.
Untuk r=3, barisan geometri yang terbentuk adalah 2, 6, 18, 54, 162, sedangkan
Untuk r=-3, barisan geometri yang terbentuk adalah 2, -6, 18, -54, 162.

kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Studi tentang kurikulum semakin lama semakin berkembang. Hal ini terbukti makin luasnya para peminat dalam bidang tersebut dan makin banyaknya penelitian dan penulisan karya ilmiah untuk menjajaki dan mengungkapkan berbagai sistem intruksional. Salah satu alasan yang mendorong banyaknya pakar pendidikan, karena kurikulum merupakan alat yang amat penting untk meningkatkan keberhasilan sistem pendidikan secar menyeluruh. Semua ahli kependidikan menyadari, bahwa tanpa alat yang serasi dan tepat guna ternyata sulit untk mencapai tujuan-tujuan pendidikan pada  semua jenjang dan satuan serta jenis pendidikan.
Selanjutnya, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non formal, sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri.
Sejalan dengan tuntutan zaman, perkembangan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan sudah menginjakan kakinya ke dalam dunia inovasi. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya, jika program pendidikan tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan tuntutan zaman.

2.      Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan latar belakang masalah dari makalah ini, maka permasalahan makalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa asumsi dari kerangka pengembangan kurikulum ?
2.      Apa tujuan dari pengembangan kurikulum ?
3.      Bagaimana implementasi pengembangan kurikulum ?
4.      Bagaimana mengevaluasi pengembangan kurikulum ?

BAB II
KERANGKA PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Berikut adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum :
1.           rencana kurikulum harus dikembangan dengan tujuan yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasikan cara untuk tercapainya tujuan.
2.           suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
3.           rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya prosesbelajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
4.           rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan dan fasilitas yang menunjang.
5.           rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep diri sebagai pelajar.
6.           pengunaan pendekatan lain pada semua program sekolah juga diperlukan, untuk menjaga keseimbangan dan memenuhi tujuan pendidikan yang luas serta diversitas kebutuhan dikalangan.
7.           rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru siswa. Perencanaan guru siswa memberi kesempatan bagi siswa untuk mempelajari keterampilan perencanaan.
8.           rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
9.           rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.[1]
Beauchamp mengemukakan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut. Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan.[2]
Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang dan inovasi jangka pendek dapat dihindarkan.
Dalam konteks ini, kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan atau dengan kata lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari dan hasil pembelajaran.[3] Dengan demikian, kurikulum terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (skuens[4] berbagai kegiatan belajar).
Konsekuensi lebih jauh dari keharusan penggunaan dasar teoritas untuk pengembangan kurikulum adalah pada pembelajaran. Pembelajaran adalah proses mengajar, yaitu menyiapkan lungkungan mengajar agar siswa dapat berinteraksi dengan orang lain, benda, tempat dan ide melalui penyampaian kurikulum. Berkaitan dengan hal tersebut itu, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan yang kompleks, mulai dari penilaian kebutuhan, identifikasi hasil-hasil belajar yang diharapkan, serta persiapan pembelejaran untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan budaya, sosial dan personal.[5]
Sesuai dengan definisi tersebut, kriteria evaluasi kurikulum disiapkan jika hasil-hasil belajar yang diharapkan sudah teridentifikasi. Pengembangan kurikulum melibatkan banyak keputusan pada beberapa level yang berbeda, seperti anak-anak usia prasekolah, SD, sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Pengembangan kurikulum dapat difokuskan pada unit yang sangat terbatas, misalnya pada satu guru dan satu siswa, sampai pada scope yang luas dengan melibatkan kelompok besar, misalnya kelompok guru di suatu daerah atau negara.
Dilihat dari aspek ruang lingkup pengembangan kurikulum, tersirat adanya sejumlah pilihan untuk melakukan pengembangan kurikulum. Akibat terjadinya pertentangan antarkonsepsi kurikulum, hal ini dapat memunculkan kontroversi di sekolah atau dalam masyarakat. Oleh karena itu, administrator sekolah hendaknya memahami secara mendalam perbedaan orientasi berbagai konsep kurikulum tersebut.
Dalam pengembangan kurikulum, kepemimpinan yang efektif bergantung pada kemampuan menjelaskan dan menerapkan pendekatan dalam tercapainya tujuan kurikulum, serta melibatkan orang lain dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri, yaitu komponen kurikulum : tujuan, bahan metode, peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar dan lain-lain.[6] Komponen-komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya.

1.      Tujuan Pengembangan Kurikulum
Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objective[7]. Tujuan sebagai  goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapaianya relatif dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objective lebih bersifat khusus, oprasional dan pencapaianya dalam jangka pendek.
Aspek tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun objective, memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh uapaya kependidikan sekolah atau unit organisasi lainnya., sekaligus menstimulasikan kualitas yang diharapkan. Berbagai kegiatan lain dalam pengembangan kurikulum, seperti penentuan ruang lingkup, sekuensi dan kriteria seleksi konten, tidak akan efektif jika tidak berdasarkan tujuan yang signifikan. Tujuan pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.[8]
Mengingat pentingnya tujuan ini, tidak heran jika perumusan tujuan menjadi langkah pertama dalam pengembangan kurikulum. Filosofi yang dianut pendidikan atau sekolah biasanya menjadi dasar pengembangan tujuan. Oleh karena itu, tujuan hendaknya merefleksikan kebijakan, kondisi masa kini dan masa datang, prioritas, sumber-sumber yang sudah tersedia, serta kesadaran terhadap unsur-unsur pokok dalam pengembangan kurikulum.
Secara lebih jauh, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan spesifik, kegiatan belajar, implementasi kurikulum dan evaluasi untuk mendapatkan balikan. Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan Kurikulum Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum, yaitu keterampilan dasar, konseptualisasi diri, pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah terkumpul untuk menginterpretasi dunia, belajar berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi, produksi dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggung jawab, kreativitas dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).[9]
Setiap tujuan yang masih bersifat umum di atas harus diuraikan lagi menjadi beberapa subtujuan yang lebih oprasional. Misalnya, tujuan pengembangan keterampilan dasar diuraikan menjadi :
a.   Mendapatkan informasi dan pengertian melalui kegiatan mengamati, mendengar dan membaca.
b.  Mengolah informasi dan pengertian yang diperoleh melalui keterampilan berfikir reflektif.
c.   Berbagai informasi dan mengekspresikan pengertian melalui kegiatan percakapan, menulis dan alat-alat nonverbal.
d.  Memanipulasi lambang dan menggunakan pikiran matematis.[10]
 Hal yang penting dicermati dalam pengembangan kurikulum ini adalah adanya hubungan, kaitan dan saling mendukung antara tujuan yang satu dengan yang lainnya.

2.      Penilaian Kebutuhan
Pengembangan kurikulum diawali dengan identifikasi kebutuhan, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis tenaga trampil atau profesional yang dibutuhkan dalam suatu bidang pekerjaan. Dalam tahap ini, identifikasi ditujukan untuk menghimpun data tentang jenis-jenis pekerjaan, tugas atau peranannya, jumlah serta tingkat kualifikasi keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan.[11]
Kebutuhan merupakan suatu hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan antara keadaan aktual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Dengan kata lain, suatu perbedaan antara keadaan riil dan ideal kondisi, kualitas dan sikap.
Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun informal, untuk mengidentifikasikan kesenjangan antara situasi “disini dan sekarang” dan tujuan yang diharapkan. Penilaian kebutuhan dapat mendahului maupun mengikuti penentuan tujuan. Kebutuhan juga dapat dimanfaatkan oleh pengembangan kurikulum untuk melakukan revisi dan modifikasi kurikulum.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat mengahadapi masa depannya yang lebih baik.[12]

3.      Konten Kurikulum
Pada umumnya, konten kurikulum dipandang sebagai informasi yang terkandung dalam bahan-bahan yang dicetak, rekaman audio dan visual, komputer dan alat-alat elektronik lainnya, atau yang ditranmisikan secara lisan. Konten kurikulum seperti ini sebenarnya sangat potensial bagi siswa. Informasi menjadi konten bagi siswa jika dapat memberi pengertian terhadap aktivitas yang berguna. Karena itu seleksi konten untuk kurikulum dan pembelajaran hanya merupakan salah satu bagian dari tugas-tugas pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan konten-konten tersebut.
Berkaitan dengan konten kurikulum ini, Unruh hanya membahas enam bidang konten kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu bahasa (membaca, menulis, bercakap-cakap dan mendengar), matematika, sains (IPA), studi sosial (IPS), bahasa asing dan seni. Asumsi pokok yang mendasari kajian bidang-bidang konten kurikulum adalah keinginan.
Meskipun demikian, kurikulum juga hendaknya menyediakan ruang bagi pelajaran lain selain keenam bidang konten tersebut, antara lain bagi pendidikan kesehatan dan jasmani serta berbagai pelajaran keterampilan yang dibutuhkan oleh banyak siswa. Karena pengembangan kurikulum diorientasikan pada pencapaian hasil dan dampaknya yang drumuskan dalam bentuk kompetensi.[13]

4.      Sumber Materi Kurikulum
Menurut Herrick ada tiga macam sumber kurikulum, yaitu pengetahuan, masyarakat serta individu yang dididik.[14] Pengetahuan merupakan bahan yang akan disampaikan kepada anak. Pengetahuan ini berasal dari berbagai bidang studi. Salah satu sifat utama dari pada pengetahuan adalah selalu berkembang. Yang kedua adalah masyarakat. Sekolah merupakan agen masyarakat dalam meneruskan warisan-warisan budaya serta memecahkan masalah-masalah masyarakat. Persoalan yang dihadapi dalam menyusun kurikulum adalah dalam menentukan nilai-nilai mana yang perlu dipilih dan dikembangkan bagi masyarakat yang akan datang.
Selanjutnya adalah individu yang dididik. Kurikulum disusun dengan maksud membantu perkembangan anak seoptimal mungkin. Tiap individu anak mempunyai kemampuan, sifat-sifat serta kebutuhan yang berbeda. Karena itu kurikulum harus disusun agar sesuai atau dapat melayani kemampuan, sifat dan kebutuhan tersebut.
Materi kurikulum yang diperlukan oleh para pengembang kurikulum dapat diperoleh di buku-buku teks dan petunjuk bagi guru. Materi tersebut juga dapat diperoleh dibeberapa tempat seperti perpustakaan kurikulum di beberapa universitas, khususnya pada bagian pendidikan. Selain itu, pusat-pusat sistem sekolah umum, pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen-agen pelayanan pendidikan regional lainnya, juga merupakan tempat untuk memperoleh materi kurikulum.
Deskripsi dan analisis suatu pandangan komprehensif tentang lapangan kurikulum tidak mungkin tersaji hanya dalam satu literatur. Oleh karena itu, diperlukan sumber-sumber yang mendukung dalam memperoleh informasi dan ide-ide lebih jauh tentang lapangan kurikulum yang dikaji. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi karya-karya yang diterbitkan oleh asosiasi profesional, penerbitan berkala dan buku-buku teks yang relevan.

5.      Implementasi Kurikulum
Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak diimplementasikan dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya masyarakat dan lain-lain.
Dalam mengimplementasikan kurikulum, sedapat mungkin semua faktor penunjang atau disebut juga sumber daya pendidikan, tersedia seperti yang dituntut dalam kerangka kurikulum.[15] Berbagai implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau prilaku, pengetahuan dan interalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar serta evaluasi dan feedback.[16]
Dalam studi kurikulum, implementasi dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengembangan kurikulum. Kurikulum dan silabus yang telah tersusun sedemikian rupa, tidak ada artinya sama sekali bilamana belum teraktualisasi menjadi kurikulum aktual. Ia merupakan benda mati atau sesuatu yang tidak ada harga/nilainya. Melalui fungsi dan peranan guru/staf pengajarlah kurikulum itu dapat dijabarkan, dikembangkan, diperluas, sehingga dapat di transformasikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Dari sisi inilah terlihat bahwa fungsi dan peranan guru/staf pengajar sangat penting, karena melalui jamahan tangan merekalah kurikulum itu baru punya makna dan arti. Artinya, melalui guru/staf pengajar nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dapat disampaikan kepada peserta didik, dan aktualisasi serta transformasi nilai-nilai sikap, pengetahuan yang terkandung di dalam kurikulum tersebut dilakukan oleh guru/staf pengajar melalui implementasi kurikulum di dalam proses belajar mengajar.[17]
Oleh karena menusia memiliki visi terhadap masa yang akan datang, maka manusia selalu menghadapi tantangan yang semakin berat. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pandangan dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi kepentingan pokok.
Pesatnya perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi serta berbagai peristiwa dunia, memaksa setiap warga masyarakat berpikir dan merespon setiap perubahan yang dihadapi. Oleh karenanya, harus dipikirkan solusi alternatif dalam menghadapi situasi masa yang akan datang tersebut. Prediksi keadaan penduduk, persediaan makanan, polusi, sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, ancaman nuklir, serta gejolak politik dan ekonomi, harus direspon sejak sekarang, tidak kecuali respon dari pengembangan pendidikan. Dengan kata lain, setiap rencana pengembangan kurikulum harus memasukan pertimbangan kehidupan di masa depan serta implikasinya pada perencanaan kurikulum.
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktifitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program, atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum.[18]

6.      Evaluasi Kurikulum
Menurut Tyler bahwa evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar (behavior).[19] Pengertian yang di kemukakan Tyler merupakan pengertian awal dari evaluasi kurikulum. Selama implementasi kurikulum, pada prinsipnya dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini kurikulum. Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui kelemahan, kekurangan dan hambatan yang dihadapi.
Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode intruksional serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa.[20] Dengan kata lain, evaluasi ini lingkupnya luas, mengevaluasi proses pelaksanaan kurikulum, proses dan hasil belajar, mengevaluasi faktor-faktor pendukung seperti guru, saran dan fasilitas pembelajaran, media dan sumber belajar.
Pertimbangan penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah evaluasi formatif (untuk perbaikan program), dan evaluasi sumatif, untuk memutuskan melanjutkan program yang dievaluasi atau menghentikannya dengan program lain. Model-model evaluasi kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan adalah model pencapaian tujuan, model pertimbangan, model pengambilan keputusan dan model deskriptif.
Evaluasi kurikulum adalah suatu kebijakan publik. Di banyak negara keberadaan evaluasi didasari oleh ketentuan bahwa pengembangan kurikulum harus terbuka untuk dievaluasi. Ketentuan tentang keharusan untuk evaluasi tersebut didukung oleh suatu ketetapan perundang-undangan.[21] Dengan adanya undang-undang no. 20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal, Indonesia telah memiliki landasan hukum yang mewajibkan adanya evaluasi terhadap konstruksi kurikulum dan pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan.






BAB III
KESIMPULAN

Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar dan mengajar di dunia pendidikan. Berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang anak didik dan pendidikdalam menyerap dan memberikan pengajaran, dan sukses tidaknya suatu tujuan pendidikan itu dicapai tentu akan sangat berpeluang kepada kurikulum. Bila kurikulumnya didesain dengan sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan pengembangan dan pembelajaran anak didik untuk mempersiapkan diri mengahadapi kehidupannya, tentu hasil atau output pendidikan itu pun akan mampu mewujudkan harapan. Tetapi bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus membayangi dunia pendidikan.
Dari pemahaman di atas, Pada dasarnya pengembangan kurikulum mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat mengahadapi masa depannya yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
_____________. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hasan, S. Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Mulyasa, Enco. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
_____________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP : Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Ciputat Pers.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004.  Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kesuma Karya.
Susilo, M. Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.




[1] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 184.
[2] Ibid. hlm. 185.
[3] Ibid. hlm. 186.
[4] Sekuens berarti susunan atau urutan pengelompokan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Dalam proses sekuens, para pengembang kurikulum harus memperhatikan tingkat kedewasaan, latar belekang pengalaman, tingkat kematangan dan ketertarikan atau minat siswa, serta tingkat kegunaan dan kesukaran materi pelajaran
[5] Ibid. hlm. 187
[6] Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2007. hlm. 186.
[7] Goals menyajikan tujuan yang dikembangkan pada berbagai jenjang wilayah (nasional, propinsi, kabupaten atau kotamadya dan masyarakat luas. Objective menyajikan berbagai tujuan yang mengalihkan kegiatan belajar mengajar sejalan dengan tingkat perkembangan siswa sehingga program pendidikan pun sejalan dengan tingkat perkembangan siswa tersebut. Atau dengan kata lain goals adalah tujuan yang diharapkan dicapai setelah melalui satu periode pembelaran, sedangkan objective adalah tujuan yang dicapai setelah melalui satu unit pembelajaran.
[8] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Op.cit. hlm. 178.
[9] Ibid. hlm. 188.
[10] Ibid. hlm. 189.
[11] Nana Syaodih Sukmadinata,  Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung : Yayasan Kesuma Karya, 2004. hlm. 71.
[12] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Rineka Cipta, 2004. hlm. 84
[13] Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. hlm. 104.
[14] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006. hlm. 99.
[15] Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit. hlm. 74.
[16] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Op.cit. hlm. 191.
[17] Syafruddin Nurdin, Guru Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum, Jakarta : Ciputat Pers,  2002, hlm. 70.
[18] Ibid.  hlm. 75.
[19] S. Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 35.
[20] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Op.cit. hlm. 192.
[21] S. Hamid Hasan, Op.cit.  hlm. 3.